BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia,
sebuah negara kepulauan yang memiliki sejarah cukup panjang sebelum menjadi
bentuknya seperti sekarang ini. Walaupun masih jauh lebih muda jika di
bandingkan dengan negara kekaisaran seperti China atau Jepang dan kerajaan
Inggris yang telah mencapai peradaban sekitar 500 bahkan 1000 tahun silam.
Indonesia
merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam budaya, suku bangsa,
etnis dan bahasa. Sehingga implikasinya, Indonesia harus memiliki seorang
pemimpin yang mampu menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada di dalamnya.
Makalah ini di buat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata
kuliah Perkembangan Masyarakat Indonesia yang akan membahas mengenai
sosok-sosok di balik berdirinya negara Indonesia, khususnya para pemimpin yang
pernah atau sedang menjabat sebagai presiden Republik Indonesia serta membahas
mengenai karakteristik dan sisi humanisasi presiden tersebut.
Presiden
pertama sekaligus Bapak proklamator Indonesia adalah Ir. Soekarno atau lebih di
kenal sebagai “Bung Karno” yang memimpin Indonesia sejak 1945-1966 yang
kemudian di gantikan oleh Soeharto yang berkasa di Indonesia selama kurang
lebih 32 tahun (1966-1998). Setelah berakhirnya rezim Soeharto, Indonesia di
pimpin oleh B.J. Habibie yang memerintah kurang dari 1 tahun dan di gantikan
kepemimpinannya oleh presiden Abdurrahman Wahid yang kemudian juga di gantikan
oleh Megawati Soekarnoputri yang merupakan presiden wanita pertama di Indonesia
hingga kini kepemimpinan di pegang oleh Susilo Bambang Yudhoyono yang sedang
menjalani masa kepemimpinan periode kedua.
Dalam makalah
ini, kami mencoba menuliskan sisi-sisi yang bukn hanya sisi politik seorang
presiden tetapi juga sisi manusiawi dari sosok tersebut. Karena, tidak dapat di
pungkiri bahwa kepribadian dan karakteristik seseorang akan sangat berpengaruh
terhadap kebijakan atau tindakan yang di ambilnya. Selain itu, kami juga
mencoba menjelaskan bahwa presiden pun seorang manusia yang tidak akan lepas
dari kesalahan dan kesubjektifannya dalam mengambil suatu tindakan.
BAB II
PEMBAHASAN
Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki beragam
suku bangsa, bahasa dan getnis di dalamnya. Untuk menyatukan keberagaman
tersebut, indonesia membutuhkan sosok seorang pemimpin yang mapu
mengorganisasikan negara dan menyejahterakan rakyat. Dalam perkembangannya,
indonesia yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 ini
mengalami banyak restrukturisasi, terutama dalam bidang politik. Selama 66
tahun berdirinya, indonesia mengalami 6 kali pergantian pemimpin. Presiden
yang pernah menjabat di indonesia adalah sebagai berikut:
1.
Soekarno
2.
Soeharto
3.
BJ Habibie
4.
Megawati Soekarno Putri
5.
Abdurrahman Wahid
6.
Susilo Bambang Yudhoyono
Tak dapat di pungkiri, setiap pergantian presiden
menghasilkan kebijakan-kebijakan yang berbeda pula. Hal ini memang cukup wajar,
karena setiap orang memiliki cara-cara yang berbeda dalam
mencapai kesejahteraan (dalam hal ini kesejahteraan rakyat). Pelaksanaan
kebijakan ini pun tak pernah lepas dari adanya kontroversi, pro dan kontra yang
selalu membumbui, bukan hanya dalam pelaksanaannya tapi juga dalam
pembuatannya.
1.
Ir. Soekarno
Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno
yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan
meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo
dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri
dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak
Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri
Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita
turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika, beliau
merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia)
pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka.
Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung
pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia
Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda. Pembelaannya itu
membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan.
Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus
memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende,
Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Bung karno sebagai pemimpin dari sebuah
negara yang baru berdiri tidak pernah lepas dari sorotan publik. Kehidupan
politik, asmara dan keluarganya senantiasa menjadi perhatian. Layaknya manusia
biasa bung karno memiliki sifat humanisasi. Berikut di antaranya:
·
Beliau adalah sosok yang mudah tertarik dan menarik
perhatian wanita, seperti kehidupan asmaranya dengan beberapa wanita seperti
pernikahannya dengan Fatmawati, Hartini dan Ratna Sari Dewi, siti Oetari,
Inggit Garnasih, Yurike Sanger, Kartini Manoppo, Haryati dan Heldy Djafar.
·
Dalam kepemimpinannya presiden Indonesia yang pertama ini
di sebut sebagai orator ulung yang mampu menggetarkan semangat siapapun yang
mendengarnya.
·
Soekarno di kenal sebagai orang yang sangat tegas baik di
dalam negeri maupun di luar negeri. Terlihat dalam keberaniannya pada aksi
“Ganyang Malaysia” yang saat itu di anggap melecehkan Indonesia.
·
Soekarno merupakan sosok yang di kenal Bijaksana dan
berkepala dingin. Julius Pour menceritakan pengalaman Mangil Maartowirdjojo
sebagai penjaga pribadi presiden bagaimana Soekarno berhasil
memadamkan situasi genting yang terjadi saat rakyat Indonesia menginginkan
perlawanan terhadap Jepang sebulan dua hari setelah proklamasi kemerdekaan.
·
Soekarno merupakan orang yang sangat percaya diri dan
tidak mau kalah dari orang lain. Jules Archales (2004:220) memperkirakan alasan
utama sifat Soekarno ini adalah karena harapan besar dari sang ibu yang
meyakini bahwa putranya telah memberikan tanda nasibnya sendiri sebagai manusia
yang mulia dan pemimpin besar dari rakyatnya. Selain itu, Soekarno pun merasa
dilecehkan oleh anak-anak Belanda yang melecehkan kulit gelap pribuminya.
Sehingga dia berkembang menjadi sosok yang superior dan ambisius.
2.
Soeharto
Jend. Besar TNI Purn. Haji Muhammad Soeharto, lahir di
Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, KecamatanSedayu, Bantul, Yogyakarta, 8 Juni 1921 – meninggal di Jakarta, 27 Januari 2008 pada umur 86 tahun adalahPresiden Indonesia yang kedua (1967-1998), menggantikan Soekarno. Di dunia internasional, terutama diDunia Barat, Soeharto sering dirujuk dengan sebutan
populer "The Smiling General" (bahasa Indonesia: "Sang Jenderal yang Tersenyum")
karena raut mukanya yang selalu tersenyum di muka pers dalam setiap acara resmi kenegaraan.
Sebelum menjadi presiden, Soeharto adalah
pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang dan Belanda, dengan pangkat
terakhir Mayor Jenderal. Setelah Gerakan 30 September, Soeharto menyatakan bahwa PKI adalah pihak yang bertanggung jawab dan memimpin
operasi untuk menumpasnya. Operasi ini menewaskan lebih dari 500.000 jiwa.
Peninggalan Soeharto masih diperdebatkan
sampai saat ini. Dalam masa kekuasaannya, yang disebutOrde Baru, Soeharto membangun negara yang stabil dan
mencapai kemajuan ekonomi dan infrastruktur. Suharto juga membatasi kebebasan
warganegara Indonesia keturunan Tionghoa, menduduki Timor Timur, dan dianggap sebagai rezim paling korupsi
sepanjang masa dengan jumlah $AS 15 miliar sampai $AS 35 miliar. Usaha untuk mengadili Soeharto gagal karena kesehatannya
yang memburuk. Setelah menderita sakit berkepanjangan, ia meninggal
karena kegagalan organ
multifungsi di Jakarta pada tanggal 27 Januari 2008. Dari
uraian di atas mengenai kehidupan serta biografi presiden Soeharto, berikut ini
kesimpulan sisi humanis yang di miliki oleh beliau:
-
Soeharto di kenal sebagai “the Smiling General” atau
jendral yang tersenyum karena raut wajahnya yang memang tampak senantiasa
tersenyum di mata kawan maupun lawan politiknya dan di dalam ataupun di luar
negeri.
-
Senyumnya yang terkesan berwibawa membuat dirinya
disegani dan di kenal sebagai sosok yang ramah dan berwibawa.
-
Pak harto sebenarnya merupakan sosok yang tegas namun
tetap halus. Beliaulah yang telah membangun negara Indonesia dan sempat
menjadikan Indonesia sebagai negara yang cukup di segani di mata dunia.
-
Pak Harto merupakan pribadi yang sederhana, makanan
favorit beliau adalah tempe, tahu, krupuk dan makanan lain yang “merakyat”.
-
Sebelum tanggal 21 Mei 1998, sebenarnya pak Harto sudah
memutuskan untuk mundur dari kursi presiden, hanya saja para menteri dan
kader-kadernya masih tidak ingin mengundurkan diri dari kursi yang telah mereka
duduki sejak lama.
3.
BJ Habibie
Presiden ketiga Republik Indonesia,
Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni
1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi
Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah
dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang
putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Setelah tamat SMA di bandung tahun
1954, beliau masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau
mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 yang
kemudian mendapatkan gekar Doktor dari tempat yang sama tahun 1965. Habibie
menikah tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, menjadi Profesor
kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung. Sisi
humanis yang di miliki oleh B.J. Habibie, di antaranya adalah:
-
Beliau merupakan seorang ilmuwan yang sangat jenius,
sehingga jika ada penulis yang menulis mengenai dirinya dalam sebuah buku
berjudul “kecil tapi otak semua” memang merupakan refleksi dari diri presiden
yang satu ini.
-
Habibi di kenal sebagai sosok yang sabar, setia dan
sangat menyayangi keluarga. Dalam salah satu bukunya, Habibie menjelaskan
bagaimana beliau dengan sabar dan setia menjaga dan merawat sang istri tercinta
yang sedang sakit.
-
Beliau adalah sosok pemimpin yang sangat akrab dengan
wartawan.
-
Dari tindakannya yang dengan sangat berani mengadakan
referendum demi rakyat Timor-timur, tersirat bahwa beliau adalah orang yang
peka dan mengambil keputusan menggunakan nurani.
4.
Abdurrahman Wahid
Kiai Haji Abdurrahman Wahid, akrab
dipanggil Gus Dur (lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September
1940 – meninggal di Jakarta, 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun) ,
ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil. "Addakhil" berarti
"Sang Penakluk". Kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan
diganti nama "Wahid", dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus
Dur. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang
anak kiai yang berati "abang" atau "mas".
Gus Dur adalah putra pertama dari enam
bersaudara. Wahid lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas
Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri
Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri,
adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah
Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi
Menteri Agama tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok
Pesantren Denanyar Jombang. Saudaranya adalah Salahuddin Wahid dan Lily Wahid.
Ia menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat putri: Alisa, Yenny,
Anita, dan Inayah.
Reformasi Wahid membuatnya sangat populer di
kalangan NU. Pada saat Musyawarah Nasional 1984, banyak orang yang mulai
menyatakan keinginan mereka untuk menominasikan Wahid sebagai ketua baru NU.
Wahid terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada
Musyawarah Nasional tersebut. Penerimaan Wahid terhadap Pancasila bersamaan
dengan citra moderatnya menjadikannya disukai oleh pejabat pemerintahan. Pada
tahun 1985, Suharto menjadikan Gus Dur indoktrinator Pancasila.
Dari uraian di
atas, dapat terlihat bahwa Gusdur adalah sosok yang humanis,
ceplas-ceplos, sederhana dan apa adanya. Di samping itu, beliau yang merupakan
salah satu tokoh agama di Indonesia, juga di kenal sebagai salah satu presiden
yang kontroversial dan memiliki pemikiran yang cenderung “berbeda” di
bandingkan pemikiran rasional presiden-presiden sebelum ataupun setelahnya.
5.
Megawati Soekarnoputri
Megawati Soekarnoputri atau umum dikenal
sebagai Mega (lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947; umur 64 tahun) adalah
Presiden Indonesia yang kelima yang menjabat sejak 23 Juli 2001-20 Oktober
2004. Ia merupakan presiden wanita Indonesia pertama dan anak presiden
Indonesia pertama yang mengikuti jejak ayahnya menjadi presiden. Pada 20
September 2004, ia kalah oleh Susilo Bambang Yudhoyono dalam tahap kedua pemilu
presiden 2004. Megawati adalah anak kedua Presiden Soekarno
yang telah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Ibunya
Fatmawati kelahiran Bengkulu di mana Sukarno dahulu diasingkan pada masa
penjajahan belanda. Megawati dibesarkan dalam suasana kemewahan di Istana
Merdeka.
Karier politik Mega yang penuh liku seakan
sejalan dengan garis kehidupan rumah tangganya yang pernah mengalami kegagalan.
Suami pertamanya, seorang pilot AURI, tewas dalam kecelakaan pesawat di laut
sekitar Biak, Irian Jaya. Waktu itu usia Mega masih awal dua puluhan dengan dua
anak yang masih kecil. Namun, ia menjalin kasih kembali dengan seorang pria
asal Mesir, tetapi pernikahannya tak berlangsung lama. Kebahagiaan dan
kedamaian hidup rumah tangganya baru dirasakan setelah ia menikah dengan Moh.
Taufiq Kiemas, rekannya sesama aktivis di GMNI dulu, yang juga menjadi salah
seorang penggerak PDIP.
Masa pemerintahan Megawati ditandai dengan
semakin menguatnya konsolidasi demokrasi di Indonesia, dalam masa
pemerintahannyalah, pemilihan umum presiden secara langsung dilaksanakan dan
secara umum dianggap merupakan salah satu keberhasilan proses demokratisasi di
Indonesia. Ia mengalami kekalahan (40% - 60%) dalam pemilihan umum presiden
2004 tersebut dan harus menyerahkan tonggak kepresidenan kepada Susilo Bambang
Yudhoyono mantan Menteri Koordinator pada masa pemerintahannya.
6.
Susilo Bambang Yudhoyono
Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden RI
ke-6. Berbeda dengan presiden sebelumnya, beliau merupakan presiden pertama
yang dipilih secara langsung oleh rakyat dalam proses Pemilu Presiden putaran
II 20 September 2004. Lulusan terbaik AKABRI (1973) yang akrab disapa SBY ini
lahir di Pacitan, Jawa Timur 9 September 1949. Istrinya bernama Kristiani
Herawati, merupakan putri ketiga almarhum Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo.
Pensiunan jenderal berbintang empat ini adalah anak tunggal dari pasangan R.
Soekotjo dan Sitti Habibah. Beliau dikaruniai dua orang putra yakni
Agus Harimurti Yudhoyono (mengikuti dan menyamai jejak dan prestasi SBY, lulus
dari Akmil tahun 2000 dengan meraih penghargaan Bintang Adhi Makayasa) dan
Edhie Baskoro Yudhoyono (lulusan terbaik SMA Taruna Nusantara, Magelang yang
kemudian menekuni ilmu ekonomi).
Pendidikan SR adalah pijakan masa depan
paling menentukan dalam diri SBY. Ketika duduk di bangku kelas lima, beliau
untuk pertamakali kenal dan akrab dengan nama Akademi Militer Nasional (AMN),
Magelang, Jawa Tengah. Di kemudian hari AMN berubah nama menjadi Akabri.
Mewarisi sikap ayahnya yang berdisiplin keras, SBY berjuang untuk mewujudkan
cita-cita masa kecilnya menjadi tentara dengan masuk Akademi Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) setelah lulus SMA akhir tahun 1968.
Namun, lantaran terlambat mendaftar, SBY tidak langsung masuk Akabri. Maka SBY
pun sempat menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut 10 November Surabaya (ITS).
Berikut ini kami paparkan beberapa sisi humanis seorang
SBY:
-
Presiden Yudhoyono adalah seorang penggemar baca dengan
koleksi belasan ribu buku, dan telah menulis sejumlah buku dan artikel
seperti: Transforming Indonesia: Selected International Speeches (2005),Peace
deal with Aceh is just a beginning (2005), The Making of a
Hero (2005), Revitalization of the Indonesian Economy:
Business, Politics and Good Governance (2002), dan Coping with
the Crisis - Securing the Reform (1999). Ada pula Taman Kehidupan,
sebuah antologi yang ditulisnya pada 2004. Presiden Yudhoyono adalah penutur
fasih bahasa Inggris.
-
Presiden Yudhoyono adalah seorang Muslim yang taat.
-
Presiden SBY merupakan sosok yang tegas karena darah
militer yang mengalir dalam tubuhnya, selain tegas beliaupun memiliki karakter
lembut dan penuh pemikiran.
-
Di mata para sahabat dan rekan bawahannya, SBY di kenal
sebagai orang yang penyayang dan tidak segan untuk membela anak buahnya.)
-
Beliau juga di kenal sebagai sosok yang mampu mengubah
krisis menjadi peluang, peka terhadap situasi dan pribadi yang tepat
waktu.